Tidore, Maluku Utara – Tradisi budaya kembali menjadi sorotan masyarakat dan wisatawan saat Ritual Ake Dango digelar sebagai pembuka Festival Hari Jadi Kota Tidore. Ritual yang telah diwariskan secara turun-temurun ini menjadi simbol identitas dan kekayaan budaya Tidore, sekaligus menegaskan pentingnya melestarikan tradisi lokal di tengah modernisasi.
Makna Ritual Ake Dango
Ake Dango merupakan ritual adat yang dilaksanakan untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, dan keberkahan bagi masyarakat Tidore. Kata “Ake” berarti ritual atau upacara, sedangkan “Dango” merujuk pada persembahan dan doa yang dipanjatkan kepada leluhur dan Tuhan.
Ritual ini biasanya dilakukan dengan mempersembahkan makanan, minuman, dan hasil bumi lokal kepada para leluhur, disertai doa dan nyanyian tradisional. Masyarakat percaya bahwa dengan menjalankan Ake Dango, kota akan terhindar dari bencana dan mendapatkan rezeki yang melimpah sepanjang tahun.
Pembukaan Festival Hari Jadi Tidore
Festival Hari Jadi Tidore merupakan agenda tahunan yang dirayakan untuk memperingati pendirian dan sejarah Kota Tidore. Ritual Ake Dango menjadi pembuka resmi festival, menandai dimulainya serangkaian kegiatan budaya, seni, dan pertunjukan tradisional.
Dalam upacara pembukaan, raja adat, tokoh masyarakat, dan pejabat daerah turut hadir dan memimpin prosesi ritual. Para peserta mengenakan busana adat Tidore, lengkap dengan hiasan khas yang memikat mata. Prosesi ini menampilkan tarian dan musik tradisional, yang memperkuat suasana sakral sekaligus meriah.
Sorotan bagi Wisatawan dan Masyarakat Lokal
Ritual Ake Dango bukan hanya penting bagi masyarakat Tidore, tetapi juga menjadi daya tarik wisata budaya. Wisatawan dari dalam maupun luar daerah dapat menyaksikan kekayaan adat, tarian, dan musik tradisional secara langsung.
Bagi warga lokal, ritual ini memperkuat identitas dan rasa kebersamaan. Anak muda dilibatkan dalam prosesi, sehingga tradisi ini tetap hidup dan terus diturunkan ke generasi berikutnya. Keterlibatan generasi muda menjadi kunci agar budaya Tidore tetap lestari di tengah arus modernisasi dan perubahan zaman.
Kegiatan Festival Lainnya
Setelah pembukaan dengan Ritual Ake Dango, festival dilanjutkan dengan berbagai kegiatan seperti:
- Pameran kerajinan tangan dan kuliner lokal, menampilkan produk unggulan Tidore.
- Pertunjukan seni tradisional, termasuk tari-tarian, musik, dan drama sejarah.
- Lomba dan permainan tradisional, yang melibatkan masyarakat dari berbagai usia.
- Dialog budaya dan workshop, untuk menambah wawasan tentang sejarah dan tradisi Tidore.
Festival ini berlangsung selama beberapa hari, menciptakan suasana meriah sekaligus edukatif bagi pengunjung dan warga kota, baca selangkapnya di sini:
◉ https://gribjayatidore.org/hiburan/ritual-ake-dango-buka-festival-hari-jadi-tidore/
◉ https://gribjayabandarlampung.org/politik/walkot-bandar-lampung-bantah-viral-jpo-siger-milenial-retak-itu-lumut/
◉ https://gribjayametro.org/nasional/wali-kota-metro-kukuhkan-31-anggota-paskibraka-tahun-2025/
◉ https://gribjayaternate.org/hukum/pemilik-toko-di-ternate-ditikam-perampok-uang-rp-50-juta-raib/
◉ https://gribjayaambon.org/hukum/pria-di-ambon-kepergok-ambil-paket-60-gram-sabu-di-kantor-jasa-pengiriman/
Kesimpulan
Ritual Ake Dango menjadi pintu gerbang dan simbol pembuka Festival Hari Jadi Tidore, menegaskan pentingnya melestarikan budaya lokal. Dengan prosesi yang sakral dan meriah, ritual ini tidak hanya menjaga nilai-nilai tradisi, tetapi juga menarik minat wisatawan dan membangkitkan rasa kebanggaan masyarakat terhadap kearifan lokal Tidore.
Festival yang diawali dengan Ake Dango menunjukkan bahwa budaya dan sejarah tetap relevan sebagai bagian dari identitas kota, sekaligus menjadi jembatan antara generasi tua dan muda dalam melestarikan warisan leluhur.